Agustus 2019, Indonesia Timur meradang dengan adanya isu kekerasan terhadap warga Papua dan isu bendera merah putih di selokan. Simpang-siur asumsi masyarakat semakin bermunculan seiring dengan berita yang kerap kali hanya memperparah keadaan. Peberontakan Papua, Manokwari, Jayapura (perkotaan mau) berujung aparat satu TNI tewas, tiga polisi luka-luka. Aksi tersebut dimulai dengan tarian peperangan. Kejadian ini sebagai bentuk tersirat bahwa Papua ada dan kami disini.
Berikut kemungkinan dan hal yang dipertanyakan masyarakat, yaitu:
  1. Bentrokan adalah bentuk emosi yang berlebihan
  2. Pemberintakan adalah bentuk solidaritas
  3. Apakah pemberontak adalah masyarakat aslu Papua? Adanya indikasi OPM?
  4. Sudah sedari dulu Papua terpojokkan dan terintimidasi. Lalu merdeka yang seperti apakah yang di agung-agungkan sedari dulu?

Mencoba duduk bersama beberapa masyarakat Papua, dianggap menjadi jawaban tentang keadilan, apa yang mereka inginkan tentang kemerdekaan. Saudara dari timur mungkin menginginkan kemerdekaan seperti masyarakat Jawa. Meliputi jaminan kesejahteraan, keamanan dan lingkungan hidup yang baik.
Kebenaran isu bendera di selokan dipertanyakan apakah benar pelaku adalah orang papua tersebut atau orang ketiga. Apabila bukan orang papua tersebut tidak mungkin di Papua terjadi bentrokan. Ataukah kejadian tersebut sengaja bertepatan dengan momentum pengibaran bendera merah putih pada saat hari kemerdekaan.
Percuma apabila membahas terkait kemajemukan maka dalam realita tidak nampak. Mengulas kembali sejarah, kita adalah masyarakat sebangsa dan senegara. Memiliki perbedaan namun juga memiliki kesamaan dalam dasar hukum dan empat pilar.


Sebelum muncul peristiwa bendera di selokan terdapat oknum yang melatar belakangi hanya untuk kepentinga politik. Kepentingan orang ketiga tersebut dalam hal politik adalah terkait pancasila dan gerakan separatis.

Berikut beberapa pemikiran beberapa masyarakat dalam sebuah diskusi :
  1. Negara dan pemerintah berfungsi untuk memfasilitsi terkait dengan keadilan dalam kesejahteraan.
  2. Pribadi keras masyarakat Papua adalah karena hastan Amerika selaku pemilik saham freeport.
  3. Indonesia tanpa Papua, Papua tanpa Indonesi = hutang.
  4. Lebih baik Papua merdeka apabila konflik terus teradi.
  5. Kehilangan Papua = kehilangan harta yaitu mineral/tambang pada freeport.
Budaya Papua memang keras. Ketika Papua memang melanggar norma maka dapat ditindak bukan didiskriminasi dan tetap saling menghormati budaya masing-masing. Apabila diskrminasi terus terjadi maka ada baiknya untuk dilepaskan. Papua adalah saudara. Apabila tidak dapat mendamaikan maka jangan memerkeruh keadaan.

Daripada mendiskriminasi saling berbaur adalah langkah yang sepatutnya dilakukan. Menutup berita hoax dengan berita kebenaran. Melawan gerakan dengan gerakan. Sifat rasis akan hilang seiring dengan kedulian terhadap hal yang positif meningkat.

Comments